Jakarta - Kesuksesan Achmad Hadiat Kismet Hamami dalam membangun Trakindo menjadi raksasa alat berat tidak terjadi secara kebetulan. Di baliknya, terdapat strategi bisnis yang visioner dan jauh melampaui zamannya. Hamami memahami bahwa untuk menjadi pemain dominan dan berkelanjutan, ia tidak bisa hanya mengandalkan penjualan unit alat berat semata. Oleh karena itu, sejak awal ia membangun strategi integrasi vertikal yang komprehensif, menciptakan sebuah ekosistem bisnis lengkap di sekitar produk inti Caterpillar. Inilah yang kemudian menjadi fondasi kokoh Grup Tiara Marga Trakindo (TMT).
Langkah pertama setelah mendirikan PT Trakindo Utama sebagai distributor pada 1970 adalah memastikan ketersediaan sumber daya manusia yang terampil. Menyadari bahwa alat berat yang canggih membutuhkan operator dan teknisi yang kompeten, Hamami mendirikan Jatiluhur Training Center pada 1971, hanya setahun setelah Trakindo berdiri. Pusat pelatihan ini tidak hanya melayani kebutuhan internal, tetapi juga menjadi nilai tambah bagi pelanggan, memastikan alat yang mereka beli dioperasikan dan dirawat dengan benar, sehingga meningkatkan kepuasan dan loyalitas.
Strategi berkembang dengan masuk ke sektor manufaktur pendukung. Pada 1977, Hamami mendirikan PT Sanggar Sarana Baja, yang bergerak di bidang perancangan dan fabrikasi komponen serta struktur untuk industri alat berat. Kemudian, pada 1982, melalui kerja sama dengan Caterpillar Inc., didirikan PT Natra Raya yang fokus pada manufaktur dan perakitan alat berat. Langkah ini mengurangi ketergantangan pada impor komponen tertentu dan menambah kontrol kualitas dalam rantai pasok.
Hamami juga melihat peluang besar di sisi pembiayaan. Alat berat merupakan aset berharga tinggi yang kerap membutuhkan skema pembiayaan khusus bagi pembelinya. Untuk menjawab kebutuhan ini, pada 1995 ia mendirikan PT Chandra Sakti Utama Leasing. Perusahaan pembiayaan ini memudahkan pelanggan, terutama dari sektor kontraktor dan pertambangan, untuk mengakuisisi alat berat, yang pada gilirannya mendorong penjualan unit Trakindo. Ini adalah contoh sempurna sinergi bisnis yang saling menguatkan.
Ekosistem itu dilengkapi dengan masuk ke sektor jasa operasional langsung. Pada 1997, Hamami mendirikan PT Cipta Kridatama, sebuah perusahaan kontraktor pertambangan, dan PT Cipta Krida Bahari untuk jasa logistik. Dengan memiliki perusahaan kontraktor, Grup TMT tidak hanya menjual alat kepada pihak ketiga, tetapi juga menggunakan alat-alat tersebut dalam proyeknya sendiri, menciptakan pasar internal yang stabil sekaligus menunjukkan keandalan produk secara langsung di lapangan.
Diversifikasi terus berlanjut ke sektor lain yang terkait, seperti dealer kendaraan niaga (PT Chakra Jawara untuk IVECO dan PT Tri Swardana Utama untuk Mercedes-Benz), serta ekspansi ke energi, infrastruktur, properti, dan bahkan teknologi informasi melalui PT Mitra Solusi Telematika. Strategi membangun ekosistem terintegrasi inilah yang membuat bisnis Hamami sangat tangguh. Ketika satu sektor melambat, sektor lain dapat menopang, sementara sinergi antarperusahaan di dalam grup menciptakan efisiensi dan keunggulan kompetitif yang sulit ditiru pesaing.